Sabtu, 15 Maret 2014

sapi bali

Sapi Bali, sapi potong asli dari Indonesia yang merupakan domestikasi dari banteng. Berukuran ramping tapi padat sehingga karkasnya bisa mencapai sekitar 60% dari total berat keseluruhan.

Warna merah bata, kaki berwarna putih, pada punggungnya ditemukan buku hitam. Bagian pantat dan paha bagian dalam kulit berwarna putih berbentuk oval.

Sapi jantan berwarna lebih gelap dibandingkan sapi betina. warna bulu sapi jantan berubah dari merah bata menjadi ciklat tua atau hitam legam setelah dewasa. Bila dikebiri, warna hitam berubah menjadi coklat tua atau merah bata. Benar-benar sapi yang sangat unik.

sapi simental

Sapi Simmental. Sapi berlemak tipis ini, memiliki prosentase karkas (bobot daging) tinggi. Bertubuh kekar dan berotot, sapi ini dipelihara sebagai sapi perah dan ataupun sapi pedaging.

sapi perah

Sapi perah yang cocok dikembangkan di Indonesia adalah sapi Frisien Holstein (Fries Holland)



Sapi FH betina (berat dewasa 625 kg) lebih jinak dibandingkan sapi jantan (berat dewasa 900 kg), sedikit lambat kedewasaan kelaminnya, sebaiknya dinikahkan pertama kali pada usia 15-18 bulan.

sapi limousin

Sapi Limosin (Limousin) adalah sapi pedaging dengan postur besar, panjang, padat dan kompak. Menjadi salahsatu primadona sapi pedaging karena selain ketahanan hidup tinggi, sapi Limosin memiliki kenaikan berat badan/hari (ADG) sangat bagus dengan konsekuensi kebutuhan pakan yang sangat besar. Memiliki prosentasi karkas (bobot daging) diatas rata-rata, membuat sapi jenis ini memiliki daya jual sangat tinggi.



Kebutuhan susu segar di Indonesia mencapai 5.200 – 5.600 ton/hari (www.kontan.co.id) sementara produksi susu segar nasional hanya mampu memenuhi seperempatnya.

jenis jenis sapi potong

Pembibitan Sapi


Penyapihan sapi

1. Penyapihan Anak sapi
Penyapihan merupakan salah satu strategi optimalisasi penggunaan pakan yang terbatas untuk mendukung produksi ternak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelum melakukan penyapihan terhadap anak sapi adalah tersedianya pakan yang baik kualitas maupun kuantitasnya dan kandang sapih telah disediakan dan tatalaksana penyapihan.
2. Tata laksana atau cara penyapihan
- Pakan induk mulai dikurangi 3 hari sebelum proses penyapuhan sapi untuk menurunkan produksi air  susu.
- Anak diberi pakan dengan kualitas yang baik 3 hari sebelum tiba proses penyapihan selesai
- Anak ditempatkan pada kandang sapih dan induk ditempatkan terpisah dekat dengan kandang sapih, agar tidak gelisah dan berteriak-teriak Lama proses penyapihan ± 21 hari atau sampai ambing susu induk mengempis. Selesai proses penyapihan maka anak sudah dapat ditempatkan jauh terpisah dari induk.

Memilih Bibit Sapi
Keterampilan dalam memilih bibit (sapi bakalan) merupakan langkah awal yang sangat menentukan dalam suatu usaha penggemukan Sapi potong. Pemilihan bakalan untuk tujuan penggemukan harus memperhatikan:

1. Bangsa Sapi
Bangsa sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih bangsa sapi yang mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi unggul lokal maupun jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi unggul lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan Onggole (PO) dan sapi Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul impor adalah sapi Brahman, Simenthal, Onggole dan Brangus.


 Gambar sapi Madura

 2. Jenis Kelamin
Sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan sapi jantan  pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi betina. Disamping itu juga untuk mencegah pemotongan ternak betina produktif.
Sapi kebiri juga baik untuk digemukkan, karena cepat pertumbuhannya.
3. Umur
Sapi sebaiknya dipilih yang masih muda, karena pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi berumur tua.
Ternak sapi bakalan yang lebih muda (umur 1 – 2,5 tahun) mempunyai tekstur daging yang lebih halus, kandungan lemak yang lebih rendah, dan warna lemak daging yang lebih muda sehingga menghasilkan daging dengan keempukan yang lebih baik dibandingkan sapi tua (umur diatas 2,5 tahun).
Umur sapi yang baik/ideal untuk digemukkan berkisar antara 1 – 2,5 tahun, hal ini juga tergantung dari kondisi ternak sapi. Namun menurut pengalaman beberapa peternak di lapangan untuk penggemukan sapi Bali sebaiknya digunakan sapi yang berumur 1,5 – 2,5 tahun.
4. Kondisi Awal
Pilihlah sapi jantan yang keadaan phisiknya tidak terlalu kurus, tetapi kondisi tubuh secara umum harus sehat.
Semakin berat bobot badan awal sapi (pada umur yang sama),semakin cepat pertumbuhannya.
Bentuk kepala, tanduk dan kaki kelihatan lebih besar (khusus sapi Bali) tidak seperti kepala rusa.
5. Tanda-tanda Umum Sapi Potong Yang Baik
Badan panjang, bulat, dari samping tampak berbentuk segi empat.
Dada depan lebar, dalam, dan menonjol ke depan.
Kepala pendek dan mulut lebar.
Bulu mengkilat dan tidak kaku.
Kaki pendek, leher dan bahu lebar.
Berpenampilan tenang.
Tidak cacat.
Memperoleh perbaikan mutu bibit sapi potong dapat dilakukan melalui kombinasi kawin alam dituntun (hand mating) dan inseminasi buatan (IB). Sinkronisasi birahi ternak dapat dilakukan dalam kondisi yang memungkinkan. Deteksi masa birahi perlu menjadi perhatian utama agar perkawinan dapat memberikan hasil yang optimal. Kalau birahi terdeteksi pada pagi hari maka perkawinan dilakukan pada sore hari. Jika birahi terdeteksi pada sore hari maka perkawinan dilakukan esok paginya. Untuk perkawinan secara alami harus disediakan pejantan di lokasi setempat. Pelaksanaan kawin alam dan inseminasi buatan hendaknya melibatkan dinas/instansi terkait.
Manajemen Pengelolaan Pakan
Tujuan pemberian pakan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong adalah untuk memperoleh pertambahan bobot badan secara maksimal. Dengan demikian diperlukan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantítas maupun kualitasnya.


Syarat Pakan Ternak Sapi
Hendaknya cukup mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu : protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Disukai ternak (palatabilitas tinggi).
Bersih dan tidak tercemari kotoran atau bibit penyakit.
Tidak boleh dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan).
Sebaiknya tidak mengandung benda-benda yang bersuhu rendah (misalnya embun pagi hari yang dapat menyebabkan sakit kembung/kejang perut pada ternak).
Jenis Pakan Ternak Sapi
1. Pakan Hijauan
Bahan pakan utama ternak sapi penggemukan adalah dalam bentuk hijauan yaitu berasal dari rumput unggul, rumput lokal dan leguminosa. Beberapa contoh hijauan pakan unggul berupa rumput yang dapat dibudidayakan adalah rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput mexico dan lain-lain, sedangkan hijauan pakan unggul berupa daun-daunan adalah leguminosa (kacang-kacangan seperti centro, siratro, lamtoro/petai cina dan gamal). Hasil sampingan tanaman pertanian yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi adalah brangkasan kacang tanah, kacang kedele, pucuk jagung muda dan lain-lain.
Hijauan pakan unggul berupa rumput potong:
Umumnya berumur panjang, tumbuh membentuk rumpun setinggi 60 – 150 cm bahkan lebih.
Berdaun lebat dan sistem perakarannya luas sehingga relatif tahan kering.
Tumbuh baik pada dataran tinggi sampai rendah.
Dapat diperbanyak dengan biji, pols (sobekan rumpun) dan stek batang dengan jarak 40 – 60 cm, sebaiknya ditanam pada awal musim hujan.
Panen (pemotongan/defoliasi) pertama dilakukan saat berumur ± 2 bulan. Pemotongan berikutnya dilakukan setiap 1,5 bulan dengan tinggi pemotongan 10 – 15 cm dari permukaan tanah.
Pemupukan awal pada saat pengolahan tanah dengan dosis 10 ton pupuk kandang, 50 kg KCl dan 50 kg TSP per hektar. Pemupukan selanjutnya dilakukan setelah 3 kali pemotongan dengan takaran yang sama. Sedangkan urea diberikan pada saat tanaman berumur 2 minggu sebanyak 50 kg/ha.
Selama ini pohon lamtoro dimanfaatkan sebagai tanaman pagar, tanaman pelindung, kayu bakar, pupuk hijauan dan pencegah erosi serta daunnya dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan bagi ternak yang diberikan dalam bentuk segar. Daun lamtoro dapat diberikan 40 % dari hijauan pakan dan dalam pemberiannya dicampur dengan hijauan lain. Lamtoro dipanen setelah berumur 6 – 9 bulan dengan cara pemangkasan. Lamtoro dapat ditanam dengan jarak 0,5 – 1 m.
Pada penggemukan sapi secara kereman dimana ternak dikandangkan terus menerus sangat memerlukan ketersediaan hijauan dalam jumlah cukup dan memiliki nilai gizi yang baik. Sehingga pemberian rumput lapangan saja sudah tidak memungkinkan lagi mengingat ketersediaannya sangat dipengaruhi musim serta semakin terbatasnya padang penggembalaan, disamping itu nilai gizi rumput lapangan yang sangat rendah.
Sebagai alternati f penyediaan pakan hijauan sepanjang tahun dianjurkan dengan menanam hijauan pakan ternak dengan sistem 3 (tiga) strata. Sistem tiga strata merupakan suatu pola tanam hijauan pakan ternak yang ditujukan untuk menyediakan pakan sepanjang tahun. Susunan 3
strata yang dimaksud adalah:
Strata – 1 : Terdiri dari tanaman rumput potong (rumput gajah (Pennisetum purpureum), Panicum maxcimum, Andropogon gayamus, Setaria Sp dan lain-lain)
Strata – 2 : Terdiri dari tanaman hortikultura/tanaman pangan
Strata – 3 : Terdiri dari legum pohon (sengon, waru, lamtoro, gamal)
selain untuk pakan pada musim kemarau panjang, tanaman tersebut juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung dan pagar kebun maupun kayu bakar.
Gambar 7. kebun hijauan pakan ternak dengan sistem 3 strata yang terdiri dari : rumput setaria, rumput gajah, pohon lamtoro dan kacang tanah.
Pemberian pakan hijauan pada ternak dapat dilaksanakan dengan memberikan rumput jenis unggul seperti rumput raja (King Grass), rumput gajah, rumput benggala, setaria, rumput mexico dan lain-lain. Atau mencampurkannya dengan tanaman leguminosa seperti Gamal (Glyricidia), Kaliandra, Turi, Lamtoro, Siratro yang memiliki nilai gizi tinggi.
2. Pakan Penguat (Konsentrat)
Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan pakan ternak. Bahan pakan konsentrat yang dapat diberikan pada ternak sapi antara lain : dedak padi, bungkil kelapa, jagung giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap, dan lain-lain. Campuran bahan pakan konsentrat yang diberikan pada ternak sangat tergantung kepada harga dan ketersediaan bahan pakan di sekitar lokasi usaha penggemukan ternak sapi.
Dari berbagai hasil penelitian beberapa formulasi pakan konsentrat yang dapat diberikan pada penggemukan sapi potong diantaranya adalah :
Campuran 70 % dedak padi dan 30 % bungkil kelapa, kemudian ditambahkan dengan 0,5 % tepung tulang dan 1 % garam dapur.
Campuran 2 bagian dedak + 1 bagian bungkil kelapa + 1 bagian jagung. Selanjutnya ditambahkan tepung tulang dan garam dapur sebanyak 1 – 2 % kedalam campuran pakan tersebut.
Campuran 70 % dedak padi + 25 % bungkil kelapa + 5 % jagung giling, kemudian ditambahkan 1 % tepung tulang dan garam dapur.
Pemberian PakanSapi
Pakan yang diberikan pada terpenggemukan diarahkan untuk mencapai pertambahan bobot badan yang setinggi-tingginya dalam waktu relatif singkat. Untuk itu pemberian pakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantitas maupun nilai gizinya. Pakan hijauan diberikan pada sapi sebanyak 10 – 12 % dan pakan konsentrat 1 – 2 % dari bobot badan ternak. Pemberian hijauan dapat dilakukan 3 kali sehari yakni pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan pukul 17.00 sore hari, sedangkan pakan konsentrat diberikan pagi hari sebelum pemberian hijauan. Ketersediaan air minum untuk ternak sapi adalah hal yang tidak kalah penting diperhatikan. Kebutuhan air minum bagi sapi sebanyak 20 – 40 liter/ekor/hari, namun sebaiknya diberikan secara ad libitum (tidak terbatas).
Cara penyajian pakan hijauan pada ternak sebaiknya dicincang pendek-pendek agar lebih mudah dikonsumsi. Kemudian hasil cincangan rumput dibagi menjadi 6 bagian (untuk pagi 1 bagian, siang 2 bagian, dan sore sebanyak 3 bagian).
Gambar 8. Ternak sapi yang diberikan pakan tambahan (konsentrat) akan memberikan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat.

Managemen Penggemukan Sapi
Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi sistem penggemukan pada ternak Sapi adalah teknik pemberian pakan/ ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Di luar negeri, penggemukan sapi dikenal dengan sistem pasture fattening, dry lot fattening, dan kombinasi keduanya, sedangkan di Indonesia dikenal dengan sistem kereman atau sistem paron (Timor).
Cara penggemukan sapi yang paling efisien adalah penggemukan sapi yang dikurung di dalam kandang atau lazim disebut sistem kereman. Penggemukan dengan cara ini disamping dapat meningkatkan nilai jual sapi juga akan memberikan nilai tambah terhadap kotoran ternak atau pupuk kandang yang dihasilkan. Usaha pemeliharaan sapi sistem kereman telah banyak dilakukan oleh para petani di Indonesia terutama pada daerah-daerah yang mempunyai ketersediaan hijauan yang cukup dan dekat dengan pasar.
Cara penggemukan sapi potong sistem kereman dilakukan dengan teknologi pemeliharaan sebagai berikut :
Sapi dipelihara dalam kandang terus menerus dan tidak digembalakan. Ternak sapi hanya sewaktu-waktu dikeluarkan, yakni pada saat membersihkan kandang dan memandikan ternak sapi.
Semua kebutuhan ternak, baik berupa pakan dan air minum disediakan oleh peternak secara tak terbatas.
Cara penggemukan sistem ini mengutamakan pemberian pakan berupa campuran rumput, leguminosa dan makanan penguat.
Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan tenaga kerja, hal ini bertujuan agar makanan yang dikonsumsi sepenuhnya diubah menjadi daging dan lemak sehingga pertumbuhan bobot badan meningkat secara cepat.
Pada awal masa penggemukan, ternak sapi terlebih dahulu diberikan obat cacing.
Untuk meningkatkan palatabilitas/nafsu makan perlu diberikan perangsang nafsu makan dan vitamin.
Lama penggemukan berkisar 4 – 10 bulan. Hal ini tergantung dari kondisi awal dan bobot sapi yang digemukkan.
Disamping hal yang berhubungan dengan aspek teknologi, suatu hal yang sangat penting juga diperhatikan oleh peternak dalam usaha penggemukan sapi potong adalah pemasaran. Di propinsi Jambi biasanya harga komoditas ternak sapi cendrung meningkat  (lebih tinggi) pada harihari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri. Untuk itu peternak harus
memperhitungkan kapan saat memulai dan menjual ternak sapi penggemukan.

 Penggemukan Sapi
Seiring dengan laju pertambahan penduduk dan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat mengakibatkan permintaan konsumen terhadap komoditas hasil ternak khususnya daging dari tahun ke tahun cendrung meningkat pula, baik dari segi jumlah maupun mutunya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut telah terjadi pemasukan ternak Sapi potong dari luar daerah setiap tahun juga menunjukkan
peningkatan.
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak kecil, menengah maupun swasta atau komersial.
Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha yang ekonomis.



Gambar Sapi Peranakan Ongole

Tujuan dari penggemukan ternak sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging persatuan ekor, meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa memotong sapi lebih banyak, menanggulangi populasi ternak sapi yang menurun akibat pemotongan dan dapat menghindari pemotongan sapi betina umur produktif.
Dalam usaha penggemukan sapi potong, selain dapat memperbaiki kualitas daging dan menaikkan harga jual ternak, juga dapat meningkatkan nilai tambah dari pupuk kandang yang dihasilkan ternak sapi. Artinya, pupuk kandang yang diproduksikan pada waktu penggemukan itu dapat lebih ditingkatkan nilai ekonomisnya.
Untuk memperoleh hasil yang optimal, terdapat beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian dari peternak dalam pengelolaan usaha penggemukan sapi potong, yaitu :
1. Pemilihan bibit/bakalan.
2. Sistem penggemukan.
3. Pakan dan cara pemberiannya.
4. Penyediaan kandang.
5. Pengendalian dan pencegahan penyakit.
Penyakit sapi dan Pengendaliannya
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik adalah menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan guna mencegah timbulnya penyakit yang dapat mengakibatkan kerugian. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
Mengusahakan lantai kandang selalu kering.
Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Dalam kondisi normal, sapi mendapatkan obat parasit saluran pencernaan dan vitamin pada awal pemeliharaan. Penanganan kesehatan ternak diarahkan juga pada kesehatan reproduksi, dan kesehatan secara umum. Ternak sapi perlu diberi obat cacing dan vitamin B kompleks serta kebersihan lingkungan.
1. Permasalahan dan Penanganan Gangguan Reproduksi
Gangguan reproduksi dapat diantisipasi dengan memperhatikan beberapa faktor diantaranya :
Seleksi genetik.
Manajemen pakan yang baik sehingga mendukung kesuburan saluran reproduksi.
Manajemen kesehatan yang baik meliputi kesehatan sapi (program pengobatan dan vaksinasi), kebersihan kandang dan lingkungan (sanitasi dan desinfeksi) sehingga dapat meminimalisasi agen patogen (bakteri, virus, jamur, protozoa) yang dapat mengganggu kesehatan sapi.
Penanganan masalah reproduksi dengan prosedur yang baik dan benar sehingga mengurangi kejadian trauma fisik yang akan menjadi faktor predisposisi gangguan reproduksi.
Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya:
- ari-ari tidak keluar/Retensio sekundinarium,
- kesulitan melahirkan/Distokia
- keguguran/ Abortus dan
- Kelahiran prematur/sebelum waktunya.
Gambar 25. Penanganan distokia dengan tarik paksa apabila uterus lemah dan janin tidak ikut menstimulir perejanan
2. Penyebab Gangguan Reproduksi
Gangguan reproduksi pada sapi potong disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
- Cacat anatomi saluran reproduksi (defek kongenital).
- Gangguan fungsional.
- Kesalahaan manajemen.
- Infeksi organ reproduksi.
3. Macam Gangguan Reproduksi dan Penanggulangannya
a. Cacat anatomi saluran reproduksi
Abnormalitas yang berupa cacat anatomi saluran reproduksi ini dibedakan menjadi dua yaitu cacat bawaan (kongenital) dan cacat perolehan.
a.1. Kongenital
Gangguan karena cacat kongenital atau bawaan lahir dapat terjadi pada ovarium (indung telur) dan pada saluran reproduksinya. Gangguan pada ovarium meliputi:
Hipoplasia ovaria (indung telur mengecil) dan Agenesis ovaria (indung telur tidak terbentuk). Hipoplasia ovaria merupakan suatu keadaan indung telur tidak berkembang karena keturunan. Hal ini dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral. Apabila terjadi pada salah satu indung telur maka sapi akan menunjukan gejala anestrus (tidak pernah birahi) dan apabila terjadi pada kedua indung telur maka sapi akan steril (majir). Secara perrektal indung telur akan teraba kecil, pipih dengan permukaan berkerut.
Agenesis merupakan suatu keadaan sapi tidak mempunyai indung telur karena keturunan. Dapat terjadi secara unilateral (salah satu indung telur) ataupun bilateral (kedua indung telur). Cacat turunan juga dapat terjadi pada saluran alat reproduksi, diantaranya : Freemartin (abnormalitas kembar jantan dan betina) dan atresia vulva (pengecilan vulva). Kelahiran kembar pedet jantan dan betina pada umumnya (lebih dari 92%) mengalami abnormalitas yang disebut dengan freemartin.
Abnormalitas ini terjadi pada fase organogenesis (pembentukan organ dari embrio di dalam kandungan), kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya migrasi hormon jantan melalui anastomosis vascular (hubungan pembuluh darah) ke pedet betina dan karena adanya intersexuality (kelainan kromosom). Organ betina sapi freemartin tidak berkembang (ovaria hipoplastik) dan ditemukan juga organ jantan (glandula vesikularis). Sapi
betina nampak kejantanan seperti tumbuh rambut kasar di sekitar vulva, pinggul ramping dengan hymen persisten. Sedangkan Atresia Vulva merupakan suatu kondisi pada sapi induk dengan vulva kecil dan ini membawa resiko pada kelahiran sehingga sangat memungkinkan terjadi distokia (kesulitan melahirkan). Penanganannya dengan pemilihan sapi induk dengan skor kondisi tubuh (SKT) yang baik (tidak terlalu kurus atau gemuk serta manajemen pakan yang baik.
Gambar 26. Induk sapi dengan SKT yang baik
a.2. Cacat perolehan
Cacat perolehan dapat terjadi pada indung telur maupun pada alat reproduksinya. Cacat perolehan yang terjadi pada indung telur, diantaranya: Ovarian Hemorrhagie (perdarahan pada indung telur) dan Gambar 26. Induk sapi dengan SKT yang baik Oophoritis (radang pada indung telur). Perdarahan indung telur biasanya terjadi karena efek sekunder dari manipulasi traumatik pada indung telur. Bekuan darah yang terjadi dapat menimbulkan adhesi (perlekatan) antara indung telur dan bursa ovaria (Ovaro Bursal Adhesions / OBA). OBA dapat terjadi secara unilateral dan
bilateral. Gejalanya sapi mengalami kawin berulang.
Sedangkan Oophoritis merupakan keradangan pada indung telur yang disebabkan oleh manipulasi yang traumatik/pengaruh infeksi dari tempat yang lain misalnya infeksi pada oviduk (saluran telur) atau infeksi uterus (rahim). Gejala yang terjadi adalah sapi anestrus. Cacat perolehan pada saluran reproduksi, diantaranya: Salphingitis, trauma akibat kelahiran dan tumor. Salphingitis merupakan radang pada oviduk. Peradangan ini biasanya merupakan proses ikutan dari peradangan pada uterus dan indung telur.
Cacat perolehan ini dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral. Sedangkan trauma akibat kelahiran dapat terjadi pada kejadian distokia dengan penanganan yang tidak benar (ditarik paksa), menimbulkan trauma/kerusakan pada saluran kelahiran dan dapat berakibat sapi menjadi steril/majir.
Tumor ovarium yang umum terjadi adalah tumor sel granulosa. Pada tahap awal sel- sel tumor mensekresikan estrogen sehingga timbul birahi terus menerus (nympomania) namun akhirnya menjadi anestrus.
Penanganan cacat perolehan disesuaikan dengan penyebab primernya. Jika penyebab primernya adalah infeksi maka ditangani dengan pemberian antibiotika. Perlu hindari trauma fisik penanganan reproduksi yang tidak tepat.
b. Gangguan fungsional
Salah satu penyebab gangguan reproduksi adalah adanya gangguan fungsional (organ reproduksi tidak berfungsi dengan baik). Infertilitas bentuk fungsional ini disebabkan oleh adanya abnormalitas hormonal. Berikut adalah contoh kasus gangguan fungsional, diantaranya :
- Sista ovarium; Akibatnya sapi –sapi menjadi anestrus atau malah menjadi nymphomania (kawin terus). Penanganan yang dilakukan pada Sista ovaria yaitu prostaglandin (jika hewan tidak bunting), Sista folikel dengan penyuntikan HCG/LH (Preynye, Nymfalon) secara intramuskuler sebanyak 200 IU, dan Sista luteal dengan PGH 7,5 mg secara intra uterina atau 2,5 ml secara intramuskuler. Selain itu juga dapat diterapi dengan PRID/CIDR intra uterina (12 hari).  Dua sampai lima hari setelah pengobatan sapi akan birahi.

- Subestrus dan birahi tenang ;
akibat rendahnya estrogen (karena defisiensi ß karotin, P, Co, Kobalt dan berat badan yang rendah). Apabila terdapat corpus luteum maka dapat diterapi dengan PGF2a (prostaglandin) dan diikuti dengan pemberian GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon).
- Anestrus ;
suatu keadaan pada hewan betina yang tidak menunjukkan gejala estrus dalam jangka waktu yang lama. Penanganan dengan perbaikan pakan sehingga skor kondisi tubuh (SKT) meningkat, merangsang aktivitas ovaria dengan cara pemberian (eCG 3000-4500 IU; GnRH 0,5 mg; PRID/ CIDR dan estrogen).
- Ovulasi tertunda ;
suatu kondisi ovulasi yang tertunda/tidak tepat waktu. Hal ini dapat menyebabkan perkawinan/ IB tidak tepat waktu, sehingga fertilisasi (pembuahan) tidak terjadi dan akhirnya gagal untuk bunting. Penyebab utama ovulasi tertunda adalah rendahnya kadar LH dalam darah. Gejala yang nampak pada kasus ini adalah adanya kawin berulang (repeat breeding). Terapi yang dapat dilakukan diantaranya dengan injeksi GnRH saat IB.
- s e k i a n -

jual beli sapi

Melayani jual beli sapi semua jenis....
Dengan komunitas kelompok tani yg bergerak dlam bidang pengolahan pupuk,sehingga sapi yg fungsi nya sebagai produk tersebut harus selalu dlam keadaan sehat

sapi jenis simental